DIA DIA DIA
BUKAN UNTUK KU
Created By : Velly Brian Rosandi
Awal pertama masuk sekolah pasti
ada MOS yaitu Masa Orientasi Siswa. Aku menginjak pendidikan ke Sekolah
Menengah Pertama, bersama teman-teman Sekolah dasar ku dulu dan kami berkumpul dan membicarakan tentang MOS. Perkenalkan
namaku Gilang Pratama aku akrab dipanggil Gilang oleh teman-temanku…
Saat sedang berkumpul tiba-tiba….
“Teman-teman”
Kataku menghampiri mereka.
“Kamu
gugus mana?” tanya Vigo, temanku.
“Ini
aku lagi cari-cari namaku tapi gak ketemu-ketemu,” kataku mengusap keringat
yang membasahi wajahku.
“Ya
udah kita cari sama-sama yuk,” ajak Zain, temanku. Kami bertiga mencari namaku yang semenjak tadi tak ketemu-ketemu.
“Gilang,
sini deh,” kata Zain memanggilku.
“Ada
namaku?” tanyaku penasaran.
“Ini
nih kita satu gugus, Gilang pratama, Zain Modhya, dan Vigo Radian” kata Zain membaca nama kita bertiga.
“Wah,
hebat kau Za. Dari tadi aku cari-cari gak ketemu,” kataku memuji Za.
“ya
udah kita masuk yuk,” ajak Vigo.
Hari pertama MOS itu sangat
membosankan bagiku. Apa lagi harus berpanas-panasan untuk upacara pembukaan
MOS. Banyak korban pingsan di lapangan sekolah itu. Tenggorokanku mulai kering
dan sungguh membuat kepalaku menjadi pusing. Tak lama, aku merasa sudah tak
berdaya dan jatuh pingsan. Tak lama aku membuka kedua mataku dan ternyata aku
berada di UKS sekolah. Bersama anggota PMR yang menjadi kakak kelasku waktu
itu. Aku masih lemas untuk beranjak dari tempat tidur. Dua sahabatku datang
menjengukku. Dan aku di tuntutnya untuk berjalan menuju kelas.
Sampai di kelas aku menerima
materi awal-awal perkenalan. Kutatap wajah seorang cewek yang berada di
seberang mejaku saat itu. Sebelum materi di mulai, absensi siswa MOS saat itu
di percepat. Berpasang-pasangan. Dan tak kusangka namaku dipanggil dan cewek
yang berada di sampingku tadi juga maju dan ternyata dia bernama Arzetha.
Setelah tanda tangan kehadiran, kami kembali ke tempat duduk semula.
Materi pembelajaran untuk jam
pertama sudah usai saatnya istirahat. Aku, Vigo, dan Zain menyergap kantin
sekolah dan berdesak-desakan. Dan kulihat lagi cewek yang mempunyai nama
Arzetha Puan sedang asyiknya ngobrol dengan teman barunya di depan kelas.
Sepertinya aku merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Sudah 15
menit waktu untuk istirahat. Waktunya masuk kembali untuk bermain dan belajar.
MOS sudah berjalan tiga hari. Hari
ini adalah hari terakhir MOS. Dengan aturan hari ini, aku memakai kaos kaki
berbeda warna, dengan rambut yang di warna-warni sangat banyak seperti orang
gila. Semua murid MOS mengikuti upacara penutupan MOS. Hari yang panas. Terasa
seperti di panggang. Banyak korban pingsan di lapangan itu. Dan akhirnya
upacara penutupan MOS dipercepat.
Hari ini adalah hari pertama aku
masuk sekolah. Bisa bertemu banyak teman baru. Mereka semua baik kepadaku. Saat
aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Gusti Saputra, mataku
teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat
wajahnya ternyata dialah Arzetha Puan.
“Dia kan….” gumamku dalam hati.
“Halo? Kenapa melongo gitu Lang?”
tanya Gusti sambil melambai-lambaikan tanganya
di depan wajahku.
“Emm….”
aku tersentak olehnya.
“Kenapa?”
tanya Gusti penasaran.
“Oh,
gak… gak pa… papa,” kataku gagap.
Gusti memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh
dengan tanda tanya.
“Gilang…,”
sapa Zain dan Vigo.
“Ehh
kalian” kataku memandang Vigo dan Zain.
Vigo dan Zain tersenyum manis kepada Gusti.
“Ini
Gusti” kataku memperkenalkan.
“Aku
Vigo” kata Vigo memperkenalkan dirinya.
“Aku
Zain” kata Zain juga memperkenalkan dirinya.
“So
friends” kata Vigo memuji keakraban kami.
“Thank
you very much” kata Gusti menjawab pujian Vigo dengan tersenyum.
Aku, Vigo, Zain, dan Gusti sudah
berteman sangat lama. Sudah lima bulan aku masuk di kelas VII C bersama-sama
dengan ketiga sahabatku itu. Tiba-tiba perbincanganku tersentak oleh sosok cewek
yang memasuki kelasku. Dia…… Dia……
“Lang,
kenapa melongo?” gertak Zain.
“Eemm,
eh, eng… enggak papa,” kataku gugup.
“Kenapa
sih?” tanya Gusti.
“Iya,
pelit banget gak mau ngasih tahu,” tanya Vigo semakin mendesak.
Mereka bertiga melihatku memandangi Arzetha sejak tadi.
“Ooo,
itu toh yang buat kamu melongo,” ucap Gusti menggentakkan jantungku.
“Siapa,
mana?” kataku bertanya-tanya dengan ragu.
“Itu
tuh” kata Gusti menyenggol lenganku dan melirik Arzetha.
“Apaan?”.
“Sok
gak tau nih” gertak Gusti lagi.
Aku semakin salah tingkah dibuatnya. Sosok cewek itu pun pergi
meninggalkan kelasku.
“Siapa
emangnya?” tanya Vigo dan Zain bersamaan.
“Arzetha”
kata Gusti. “
“Kamu
suka ya Lang?” tanya Zain ingin tau.
“Sok
tau kamu Gus” kataku.
“Uhuui,
jatuh ciinta lagi” ledek Zain.
“Apaan
sih kalian?” kataku meninggalkan mereka bertiga yang semakin meledekku.
Suatu hari acara ulang tahun
sekolahku. Setiap kelas harus menampilkan minimal satu pementasan. Semua teman
kelasku memilihku untuk menyanyi solo. Tapi aku seorang remaja yang demam
panggung. Dan aku pun ditemani oleh Gusti yang suaranya lumayan bagus walaupun
nggak sebagus suaraku… hehehe. Malam ulang tahun itu tiba yang memang
bertepatan dengan hari ulang tahunku.
“Grogi
aku Gus,” kataku sambil gemeteran.
“Enjoy
saja Lang,” kata Gusti memberiku semangat.
“Aku
bener-bener demam panggung,” kataku dengan keringat dingin.
“Nanti
ada Reva kan yang ngeliat?” ejek Gusti.
“Jadi
nama panggilanya Reva” kataku sedikit tersenyum.
“Iya.”
Jawab Gusti
Hari yang membuatku di selimuti oleh kegrogian yang luar biasa.
Karena aku dan Gusti akan mewakili kelasku untuk memberikan penampilan yang
terbaik.
Acara itu pun dimulai. Dimulai
dari kelas IX dilanjutkan kelas VIII lalu menuju kelas VII. Penampilan yang
begitu spektakuler telah ditampilkan dengan penuh semangat. Beribu-ribu tepuk
tangan mengiri suasana tersebut. Tiba giliran kelas VII C yang menampilkan
aktrasinya. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Keringat bercucuran ke
seluruh badan. Dengan genggaman erat tangan Gusti aku dengan gugupnya menaiki
panggung dan mengecek mikrofon. Tepuk tangan pun mulai terdengar. Seolah aku
tak bisa membayangkan diriku nanti. Dentuman musik R&B mulai terdengar.
Dalam hitungan detik syair lagu akan mulai dinyanyikan. Gusti dengan semangat dan
PD-nya menari-nari happy, sedangkan aku … ????
***
Keringat bercucuran dari tubuhku.
Keringat dingin menyelimuti seluruh tubuhku. Dengan perasaan yang tak karuan
aku mulai melantunkan lagu kesukaanku itu. Siswa-siswa bertepuk tangan lama
kelamaan aku merasa semakin enjoy. Saat aku menyanyi, aku melihat Reva
tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumanya yang tak kalah manis hehe . Lagu
itu pun usai ku nyanyikan. Pertunjukan kurang dua kelas lagi. Ada yang dansa,
drama, nyanyi, pelawak, sampai dengan band.
Hari itu hari yang menyenangkan bagiku. Melihat ia tersenyum
kepadaku membuatku semakin bersemangat.
“Gilang”
sapa Zain.
“Eh,
Zain. Yang lain kemana?” kataku balik tanya.
“Tuh,”
kata Zain menunjuk Vigo dan Gusti.
Vigo dan Gusti melambaikan
tangannya kepadaku dan Zain. Tiba-tiba Zain menarik tanganku meninggalkan
tempat itu.
“Gilang,
Zain. Mau kemana?” tanya Gusti.
“Bentar
aja,” teriak Zain dari kejauhan.
***
Gusti mengajakku ke tempat yang sepi, dan Zain tampak serius
memandangku.
“Apa
kamu bener suka sama Reva?” tanya Zain menatap kedua mataku.
Aku tidak tau harus berkata apa. Semua kebingungan merasuki otakku.
Aku terdiam mematung kebingungan.
“Dia sudah mempunyai pacar,” kata
Zain berbisik kepadaku.
“Kamu tau dari siapa?” tanyaku
sedih.
“Kamu tau Vion kan?” kata Zain
menguatkan.
“Iya,” kataku
lirih.
“Aku punya
informasi tentang si Reva itu,” ungkap Zain.
“Info apa?”
tanyaku
“Dialah pacarnya,” kata Zain.
Aku sedikit
ragu dan meneteskan air mata.
“Kenapa aku mencintai
orang yang salah selama ini?” kataku menambah tangisanku.
Isak tangisku
terdengar oleh Vigo dan Gusti.
“Kenapa dia?” tanya Vigo dan Gusti.
“Kamu tidak salah
mencintai dia tetapi kamu hanya belum beruntung mendapatkanya,” hibur Zain.
Zain berbisik
kepada Gusti dan Vigo atas semua ini.
“Sudahlah Lang, kenapa harus menangis
karena cinta?” hibur Gusti.
“Iya, dia bukan sosok
yang baik untuk kamu. Banyak cewek yang mau sama kamu di luar sana. Bahkan
lebih baik dari Reva,” ungkap Vigo memberi semangat.
Aku pun terharu dengan semuanya.
Aku memeluk erat tubuh ketiga sahabatku itu dengan penuh keikhlasan dan aku tau
dia bukanlah untukku
SELESAI
Casino Review and Ratings 2021 | The OG Guide
BalasHapusCasino Review – Casino is a top gaming operator, one that belongs to The OG. 비트 코인 게임 The 포커족보순위 casino has an 토토 하는 법 average 골드머니 score of 아시아 게이밍 4.6 out of 5, but does not have any